Sejarah Desa Mindaka Versi Pertama
Sejarah Desa Mindaka telah berlangsung setidaknya sejak zaman lama sebelum masa kemerdekaan, dan sampai dengan sekarang tidak ada yang tahu persis kapan berdirinya Desa Mindaka, apalagi mengalami hanya berdasarkan cerita dari orang tua, bahwa zaman dahulu kala ada seorang Maulana dalam rangka penyeberan Agama Islam bersinggah didaerah ini, disamping penyebaran agama Islam juga ikut membuka hutan belantara .
Daerah ini, lama–kelamaan menjadi desa yang berkembang ramai. Dari hutan belantara menjadi desa dan tanah sawah yang subur. Dalam melakukan pekerjaan masyarakat / penduduk setempat senantiasa gotong royong dan selalu bermusyawarah.
Pada suatu kesempatan dalam bermusyawarah, sang maulana menyampaikan sebuah ucapan / perkataan kepada masyarakat dengan bahasa setempat (bahasa Tegal) yaitu TUMINDAKA (Jawa : Tuminda’o) yang dimaksud kita senantiasa untuk bertindak (bekerja) keras atau dalam pengertian apabila kita melangkah dengan pasti (bekerja keras) tentu akan mencapai tujuan yang kita inginkan. Ucapan tersebut dimaksudkan untuk menyemangati masyarakat dalam melakukan pekerjaan yang saat itu sudah mengalami kejenuhan bekerja . Yang akhirnya kata tersebut sering diucapakan oleh masyarakat : Temindaka, Temindaka… karena sering diucapkan itulah perkataan TEMINDAKA menjadi lebih singkat jadi kata MINDAKA . Yang dikemudian hari akhirnya kata Mindaka menjadi sebutan desa tersebut dan sampai sekarang menjadi nama DESA MINDAKA.
Kemajuan Desa Mindaka saat ini atas kerja sama semua komponen masyarakat yang bahu membahu saling bekerjasama untuk membangun desa.
Sejarah Desa Mindaka Versi Kedua
Bahwa pada jaman dahulu kala ada seorang ulama sakti bernama SAMSUDIN yang mengembara disekitar wilayah mindaka, suatu pagi mbah Samsudin melaksanakan sholat subuh diwilayah disekitar yang sekarang bernama Desa Kedungbukus. Disaat hendak melaksanakan sholat, maka tongkat beliau ditancapkan ditanah. Pada saat sedang bersujud tiba-tiba dijugug ( digonggong ) oleh anjing, secara reflek mbah Samsudin langsung meloncat tanpa memperdulikan tongkatnya. Karena kesaktiannya, maka lompatan mbah Samsudin mendarat di tempat yang sepi kemudian baru melangkah langsung menemukan sebuah desa yang ada penduduknya.
Setelah bertanya ke penduduk sekitar apa nama desa tersbut tidak ada yang tahu, karenanya mbah Samsudin berpesan pada penduduk tersebut bahwa daerah tempatnya mendarat dari lompatanya “aja diindari” ( jangan dihindari ), soalnya diseberang tempat tesebut ada penduduknya juga, setelah melangkah ( temindak ) kemudian tiba ( teka ) di suatu desa yang ramai, maka mbah Samsudin memberi nama desa tersebut dengan sebutan MINDAKA.
Sehingga mbah Samsudin menetap dan berdakwah di daerah Mindaka tersebut sampai akhir hayatnya. Tempat dimana tongkat beliau tertinggal kemudian tongkatnya tumbuh menjadi sebuah jati yang sekarang masih ada di Desa Kedungbungkus, kemudian daerah tempat beliau mendarat disebut JAINDAR ( sekarang menjadi makam jaindar ).
Demikian sejarah Desa Mindaka yang dapat kami dokumentasikan. Sebagai Kepala Desa terpilih yang bisa kami kenal melalui sejarah para tokoh masyarakat di desa kami yaitu bernama Ischaq ( sekitar 1890 – 1920 ). Karena posisinya yang strategis pada masa sebelum kemerdekaan Desa Mindaka sudah menjadi pusat pemerintahan tingkat kecamatan (Ibu Kota Kecamatan Tarub) karena saat itu Kantor Camat Tarub berada di Pedukuhan Tangkil yang masuk di wilayah Desa Mindaka.